IJL.Com- Penggunaan jersey khusus untuk barisan wasit IJL Mayapada 2018 mengundang komentar dan apresiasi positif dari banyak pihak. Salah duanya seperti yang diutarakan Muhammad Hipmi (komite wasit Indonesia Junior League) dan Dzulfikri Bashari (founder ASTAM Soccer School).
Inovasi terus dihadirkan operator liga sepak bola usia dini Indonesia Junior League guna menghadirkan kompetisi sarat kualitas setiap tahunnya. Terbaru, pada musim 2018 ini mereka siap memperkenalkan jersey khusus yang akan digunakan barisan wasit di setiap laga IJL Mayapada.
Seragam khusus milik wasit IJL Mayapada 2018 yang akan diperkenalkan ke publik ini memang tidak biasa. Selain warna yang memanjakan mata, dalam setiap jersey terselip tulisan penuh makna dengan mengambil tema besar pentingnya peran dan profesi wasit dalam level sepak bola usia dini Indonesia. Tentunya hal tersebut berkaca dari masih maraknya cerita usang soal minimnya sikap respect atas kepemimpinan sang juru adil di atas lapangan.
Bentuk kampanye positif yang digagas IJL ini pun mendapat sambutan hangat dari ketua komite wasit IJL, Hipmi. Pria yang juga merupakan mantan pesepak bola profesional Liga Indonesia itu merasa sangat terbantu dengan hadirnya “alat peraga” yang akan ia dan rekan-rekan seprofesinya kenakan.
“Sebenarnya untuk masalah tulisan di jersey atau apapun yang memang arahnya profesionalisme dalam sepak bola itu pastinya selalu baik. Termasuk di level pembinaan usia dini sampai liga kasta teratas, semua kembali ke individunya masing masing. Terutama pengurus dan pelatih yang harus mengerti dengan law of the game bukan sekadar mencari kemenangan,” tegas Hipmi.
“Dalam situasi apapun mereka harus menerima kenyataan bukan mencari alasan dan terutama jangan sepenuhnya menyalahkan kepemimpinan wasit,” harap Hipmi lagi.
Hipmi juga mengakui, sepanjang menekuni profesi sebagai wasit, dirinya tak selalu tampil sempurna. Karena itu, ia mengatakan tulisan bermakna sarat pesan di jersey yang akan dipakai barisan wasit IJL Mayapada 2018 dapat secara pelan-pelan dari sebuah kampanye unik menjadi sebuah edukasi penuh nilai.
“Kesalahan-kesalahan kecil dalam kepemimpinan itu hal yang wajar dan tidak mungkin dalam pembinaan seperti ini wasit berani merusak kinerjanya sendiri. Adanya tulisan-tulisan di jersey tersebut nantinya dapat membantu semua elemen sepak bola Indonesia untuk bisa bersikap dewasa dalam menyikapi sebuah keputusan. Semoga ya ini menjadi semangat baru untuk kita semua,” tandas Hipmi.
Tak hanya Hipmi yang merasa terbantu, tokoh sepak bola usia dini dari Banten, Dzulfikri Bashari juga mengutarakan pendapat tak jauh berbeda. Ia meyakini, terobosan tanpa henti dari IJL ini dapat membuka mata pecinta sepak bola Indonesia soal pentingnya menghargai profesi wasit sejak level pembinaan usia dini tidak hanya untuk pemain serta pelatih SSB tetapi juga barisan orangtua anak didik.
“Yang harus dipahami semua adalah wasit juga manusia biasa, pasti bisa melakukan kesalahan. Tentu sebagai pembina di setiap SSB atau akademi sepak bola kita harus menanamkan rasa hormat kepada tiap keputusan yang sudah dibuat, ini bisa jadi contoh untuk para pemain muda. Disinilah perlunya pemahaman rule and law of the game terbaru bagi seluruh komponen yang terlibat di IJL supaya paham akan setiap keputusan dari sang juru adil,” tegas Dzul.
“Saya harap kampanye ini harus tepat sasaran, maksudnya tidak hanya pemain-pelatih tetapi juga seluruh elemen tim seperti orangtua siswa pun mendapat pencerahan yang sama. Tak mungkin ada pertandingan berjalan baik tanpa hadirnya kepemimpinan seorang wasit,” tandas founder ASTAM Soccer School tersebut.