IJL.Com- Tandukan kepala Muthi Dzulkarnaen kembali memberi tuah untuk Cipta Cendikia. Menahan perih tak jadi masalah, bayar janji untuk sang ayah.
Tampil mendominasi permainan sepanjang 2x25 menit jalannya laga, Cipta Cendikia hampir saja terpaku frustrasi saat jumpa Tajimalela. Tembok tebal pertahanan Panser Bekasi yang dikomandoi Yoga Aji benar-benar membuat Raihan Utama dan kawan-kawan putar otak lebih keras, tak jarang sampai geleng-geleng kepala.
Di atas lapangan, tridente lini depan Cipta Cendikia yang dikenal sangat mahir memanfaatkan umpan bola-bola daerah kerap tersandung lini belakang Tajimalela yang tampil amat taktis dan fokus menerapkan compact defense. Panser Bekasi memaksa anak asuh Yance Putra terlalu banyak memegang bola dan bertumpu pada satu nama, Rafly Ikram Selang.
Tak heran, Rafly nampak kesulitan melepaskan skema through ball yang kerap jadi ciri khasnya sebagai sutradara lapangan Cipta Cendikia. Bocah asal Ternate itu terpaksa lebih sering melakukan back pass untuk melindungi area teritorialnya, alhasil banyak momentum "terbawa angin".
10 menit jelang laga usai, Yance bahkan membuat keputusan untuk sedikit menaikkan Raja Aybeun ke sektor lini tengah demi melindungi pergerakan Rafly. Karakteristik bek sentral bertubuh jangkung yang dikenal sangat militan tersebut faktanya memang cukup memberi udara segar.
Hasilnya di menit ke-43, kebuntuan Cipta Cendikia akhirnya terpecahkan. Memanfaatkan skema sepak pojok, Muthi Dzulkarnaen mencatatkan namanya di papan skor lewat tandukan emasnya.
Ini adalah gol ketujuh yang dicetak oleh Muthi selama 14 laga. Terbilang istimewa mengingat posisi asli pemain bernomor punggung 16 itu adalah seorang bek sentral namun kini adalah top-skorer tim.
Yang semakin menarik, enam gol yang sudah disumbangkan Muthi adalah buah kejelian dirinya memanfaatkan skema bola-bola mati. Pantas pula rasanya dari sekarang ia diberi label raja bola udara, tandukannya sungguh bernilai emas.
"Kalau tidak salah ini gol ketujuh ya," buka Muthi sembari mengingat kembali.
"Pertahanan Tajimalela memang kuat sekali, saya lihat teman-teman di depan sangat kesulitan. Tapi alhamdulilah bisa manfaatkan momentum," ujar Muthi seraya menghela nafas sambil menahan sedikit perih di lututnya.
Muthi sendiri mengaku tidak punya rahasia khusus di balik keahliannya melepaskan jumping header. Namun ia menyebut ada selimut motivasi tambahan didapatkan sebelum laga versus Tajimalela dimulai.
"Di Cipta Cendikia, setiap pemain memang harus berani ambil inisiatif sendiri, jadi sebenarnya saya tidak punya rahasia khusus kenapa bisa produktif memanfaatkan skema bola-bola mati, semuanya juga diawali dari proses latihan tim," ujar Muthi.
"Kebetulan ayah sempat request gol, Alhamdulillah bisa menggenapi impiannya. Gol ini saya persembahkan untuk ayah," tambah Muthi seraya tersenyum lebar.
Disamping Rafly, Muthi memang jadi pemain yang punya tingkat konsistensi permainan tinggi di skuat Cipta Cendikia. Skill reading the game bocah yang mengidolakan Paolo Maldini tersebut satu level dengan bek ASIOP, Tezar Briantama dan tentu yang patut dicatat kepala emasnya adalah teror untuk kiper lawan, tak kalah dengan bomber Serpong Jaya, Randi Ilham.