IJL.Com- Mengarsiteki Ragunan Soccer School U-11 bukanlah sesuatu yang mudah untuk Kurnianto Wibowo. Banyak pekerjaan rumah membelenggu.
Ragunan Soccer School masih terhuyung-huyung. Dari lima laga yang sudah mereka lakoni di gelaran IJL U-11, tim dengan lambang burung garuda itu dipaksa terus menelan pil pahit.
Kemasukan 16 gol dan sama sekali belum menjebol gawang lawan, itu yang jadi catatan paling besar. Alhasil saat ini mereka masih terjebak di dasar klasemen Grup Phenomenon.
Dari beberapa pengamatan statistik, Ragunan memang masih mencari sosok pemain yang mampu mengubah alur permainan layaknya game-maker. Beberapa kali kesempatan untuk membangun serangan selalu kandas di daerah pertahanan mereka sendiri.
Satu lagi, Ragunan juga banyak kebobolan lewat gol-gol cepat rata-rata di bawah menit kedelapan. Terakhir, CISS mampu memanfaatkannya.
Pelatih Ragunan, Kurnianto Wibowo sadar timnya masih banyak pekerjaan rumah. Bukan soal teknis semata namun juga dari segi non-teknis. Agak pusing tujuh keliling? Ya bisa jadi.
"Evaluasi yang jelas banyak, dalam catatan saya ada soal mental, fisik dan kekompakan tim. Kebetulan skuat ini mayoritas pemainnya baru semua ditambah anak-anak yang terdaftar di IJL jarang berangkat latihan," ungkap Bowo.
"Demam panggung, saya rasa itu juga salah satu faktor yang ikut mempengaruhi permainan kami," tambah pelatih yang gabung di Ragunan Soccer School sejak 2017 tersebut.
PR menumpuk memang ada di depan mata Bowo. Meski begitu, jangan kenal kata terlambat mengingat kompetisi IJL baru memasuki pekan-pekan awal.
"Mengarsiteki Ragunan Soccer School U-11 ini setara dengan 10 SKS (satuan kredit semester)," ujar mahasiswa Universitas Negeri Jakarta itu seraya tertawa lebar.
"Karakter anak-anak itu unik, dalam satu tim pasti berbeda-beda dan tugas pelatih untuk menggambungkan. Ya, saya siap hadapi kesulitan tersebut," tambah Bowo seraya tersenyum.
Bowo memang enggan cepat-cepat mengibarkan bendera putih. Ia menegaskan tugasnya sebagai seorang pelatih bukan hanya melulu soal formula taktik di atas lapangan.
Selimut motivasi dan siraman api semangat, itu yang menurut Bowo sedang dibutuhkan anak-anak Ragunan SS. Pompa lebih keras guna menatap laga-laga ke depan. Hasil di papan skor adalah nomor kesekian.
"Saya selalu menekankan pada pemain agar jangan pernah takut siapa pun lawan yang akan dihadapi. Nikmati pertandingan, anggap seperti sedang berlatih. Yang paling penting itu harus berproses, entah seperti apa hasilnya itu urusan belakangan," jelas pelatih kelahiran Brebes itu.
"Pompa lebih keras, kami harus bangkit," tegas Bowo