Maesa Cijantung Menerjang Badai dan Bara




IJL.Com- Pelatih Maesa Cijantung U-11, Gilang Ginarsa tak ragu angkat topi saat melihat etos kerja anak-anak asuhnya di laga dramatis kontra Putera Utama Tambun. Senyum makin semringah usai menjadikan Metro Kukusan sebagai wadah pelampiasan.

Tingginya kolektivitas permainan berbalut komposisi materi pemain yang merata membuat Maesa Cijantung kian diperhitungkan di kancah Indonesia Junior League U-11. Jangan heran sampai saat ini skuat 'Si Burung Hantu' belum terkalahkan menyamai torehan apik Alba FC dan Young Warrior FA. 

Dari 12 laga, catatan lima menang dan tujuh imbang direngkuh Maesa. Memasukkan 25 gol dan hanya kebobolan tujuh, performa yang terbilang impresif tentunya.

Di laga pekan ketujuh yang berlangsung pada Minggu (21/3), Maesa membuktikan kapasitasnya sebagai tim papan atas. Total ada enam poin dibawa pulang usai berbagi angka kontra Putera Utama Tambun dan unggul telak atas Metro Kukusan. 

Sebenarnya di laga kontra Putera Utama Tambun, poin penuh sudah menunggu Maesa di depan mata. Namun sayang, tim lawan berhasil menyamakan kedudukan tepat di penghujung laga guna memaksakan hasil imbang 3-3.

Perjumpaan antara Maesa kontra Putera Utama Tambun bisa dibilang jadi laga yang paling menegangkan di pekan ketujuh, tidak kalah sengit dengan Young Warrior versus FIFA Farmel. Saling jual beli serangan, bikin gol ibarat sedang berbalas pantun. Bagi suporter kedua belah tim, tiap menitnya serasa film horor.

"Ya beginilah namanya sepak bola, lengah satu detik saja bisa kecolongan," ujar pelatih Maesa, Gilang Ginarsa.



"Tapi alhamdulilah anak-anak sudah bermain sangat maksimal. Tampil ngotot meskipun harus berhadapan dengan Putera Utama yang notabene punya materi individu pemain bagus, postur besar dan jangan lupa mereka kan juga ada di posisi runner-up tabel klasemen," ujar Gilang seraya tersenyum lepas.





Enggan larut dalam kesedihan, di laga berikutnya kala bersua Metro Kukusan, Maesa langsung move-on. Badai dan bara diterjang, wadah pelampiasan ditemukan. Skor 4-0 jadi bukti kedigdayaan Muhammad Rasya Febrian dan kawan-kawan.

"Alhamdulillah, di laga kedua ibarat jadi ajang pembalasan atau lebih tepatnya wadah pelampiasan anak-anak. Meski harus diakui tidak mudah karena lapangan terasa berat karena habis diguyur hujan lebat. Saya apresiasi juga dengan keputusan operator IJL yang sempat menghentikan pertandingan karena cuaca ekstrem, kenyamanan dan keselamatan pemain jadi hal utama," ujar Gilang.

"Namun ya itu tadi, saya harus apresiasi setinggi-tingginya semangat serta daya juang anak-anak. Sangat layak mendapat kemenangan karena kerja keras yang ditunjukkan," sambung eks pemain Arema, Madura United dan PSIS Semarang itu.





Gilang sendiri belum lama terjun langsung mencicipi atmosfer kompetisi IJL guna mendampingi sang kolega, Warya Sunarya dari bangku kepelatihan. Seperti diketahui, selagi mengisi kekosongan kasta tertinggi sepak bola Indonesia ia rela menjemput si kulit bundar sampai ke akar rumput.

Mengorek rencana ke depan, Gilang mengaku masih menunggu sekaligus meraba-raba tawaran dari klub-klub profesional Tanah Air. Untuk yang satu ini, ia masih menyimpan rahasia rapat-rapat.

"Kita tahu saat ini turnamen Piala Menpora sudah digelar sebagai momen persiapan kembalinya kick-off liga kasta tertinggi di masa pandemi Covid-19. Tentu harus disyukuri, minimal sekarang adik-adik di level akar rumput kembali mendapatkan inspirasi bermain dari senior-seniornya," ujar Gilang.

"Tawaran pasti ada, termasuk dari klub sebelumnya yaitu Semen Padang. Nanti pasti saya lihat ke depannya, sudah kangen juga berkompetisi lagi. Untuk sementara ini, rasa kangen itu saya tumpahkan dulu bersama anak-anak Maesa. Atmosfer IJL tidak kalah seru juga, setidaknya bisa merawat adrenalin saya agar tidak kaget saat merumput lagi," tandas pemegang lisensi kepelatihan C AFC tersebut.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa