Melepas Kepergian Rezza Mahaputra Lubis dalam Memori




IJL.Com- Kabar duka menyelimuti kancah pembinaan sepak bola usia dini Tanah Air. CEO Indonesia Junior League (IJL), Rezza Mahaputra Lubis menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang ke-42 tahun. 

Setelah 21 hari berjibaku melawan Covid-19, CEO sekaligus founder IJL Rezza Mahaputra Lubis berpulang ke Rahmatullah pada Selasa (27/5) pukul 15.25 WIB di RSUD Pasar Minggu. Lantunan ucapan doa dan duka melepas kepergian Rezza ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Karet Bivak. 

Rezza sendiri sebelumnya divonis positif Covid-19 pada 7 Juli 2021. Setelah sempat menjalani isolasi mandiri karena hanya mengalami gejala ringan, namun lama kelamaan kondisinya terus menurun sehingga harus dibawa ke rumah sakit guna menjalani perawatan intensif. Seperti diketahui, almarhum juga mempunyai riwayat penyakit diabetes. 

Rezza sendiri sebenarnya bukan "orang baru" di kancah sepak bola. Mengawali karir sebagai pekerja industri kreatif media televisi serta cetak, kepeduliannya pada masa depan dunia kulit bundar Tanah Air ia curahkan lewat tata kelola pembinaan sepak bola usia dini hingga tercetuslah IJL pada 17 Agustus 2014 saat diberi mandat khusus oleh Budi Karya Sumadi yang saat itu adalah Direktur Jak Pro dan kini menjabat sebagai Menteri Perhubungan serta tokoh kebesaran Indonesia Muda, Dimas Wahab. 

"Setiap 17 Agustus, kenangan saya selalu larut akan lahirnya IJL. Saya memang selalu berkeyakinan, pembinaan sepak bola usia dini sudah tidak bisa lagi dipandang sebelah mata, operator liga dan SSB sejatinya adalah mitra strategis," tutur almarhum semasa hidupnya. 

"Saya ingin IJL nantinya bisa jadi jembatan emas talenta muda terbaik sampai ke gerbang profesional ya tentunya Timnas Indonesia. Kompetisi yang tidak hanya ketat namun juga sehat, makanya selalu ada unsur sportainment di dalamnya termasuk soal perhatian akan pentingnya video rekaman pertandingan supaya bisa dianalisa oleh pelatih serta pemain tiap tim-tim kontestan," seru Rezza saat itu. 



Rezza sendiri sadar betul, mimpi sekaligus ide yang ia tuangkan lewat IJL tak bisa lewat proses instan. Itu pula yang menjadi alasannya memutar roda kompetisi U-13 sejak musim 2018 lalu. 

"Sebelumnya kan memang hanya U-9 dan U-11, setelah mendapat masukan dari teman-teman penggiat sepak bola usia dini, IJL pun melebarkan sayap sampai ke U-13. Saya juga ingin menjaga betul mata rantai proyek IJL Elite, jadi benar-benar harus ada level yang berjenjang dan terstruktur supaya bisa lahir pemain berkelas dari kompetisi berkualitas," beber Rezza. 

"Uniknya IJL ini kan memang tidak ada tim yang dominan, jadi semua sarat kejutan di atas lapangan sehingga banyak pemain berlomba-lomba mengeluarkan talenta terbaiknya," tegas Rezza. 



Rezza bisa dibilang memang tengah memupuk mimpi besar di bawah bendera IJL sampai ajal menjemputnya. Dalam situasi pandemi seperti sekarang pun, ia tetap punya keyakinan pembinaan sepak bola usia dini bisa bangkit dari pahitnya dinamika. 

"Banyak pelatih yang mencurahkan seluruh hidupnya pada pembinaan sepak bola usia dini, merekalah yang pantas disebut sebagai pahlawan sejati yang kerap terlupa," ujar Rezza. 

"Karena itu IJL punya motto 'Bersama Kita Bangkit, Mimpi Kalian adalah Semangat Kami'. Dari atmosfer yang diciptakan di kompetisi ini, bukan hanya pemain tetapi pelatih juga bisa banyak belajar. Semoga suatu saat nanti IJL punya sport centre sehingga para penggiat sepak bola usia dini bisa punya simbol kebanggaan atas dedikasi yang mereka berikan," harap Rezza. 





Selamat Jalan, Chief. 



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa