IJL.Com- Hati Muhammad El-Gibran Gunawan seakan teriris begitu wasit meniup peluit panjang laga antara Surya Bakti Cilegon versus Diklat Pakujaya. Air mata membasahi wajah diiringi bertubi-tubi pelukan hangat.
Surya Bakti Cilegon kembali menelan kekalahan dalam lanjutan laga pekan kelima Indonesia Junior League (IJL) U-11, Minggu (20/3). Anak-anak 'Kota Baja' dipaksa menyerah dengan skor 1-5 saat jumpa Bogor Soccer School dan terpaksa mengakui keunggulan Diklat Pakujaya lewat gol semata wayang.
Namun daya juang pasukan Surya Bakti Cilegon pantas diberi apresiasi tinggi. Meski dihujani gol saat jumpa Bogor Soccer School, tak ada terlintas sama sekali istilah patah arang sampai peluit panjang benar-benar dibunyikan.
Puncaknya terjadi saat bersua Diklat Pakujaya. Surya Bakti Cilegon berhasil membuat tim lawan gigit jari sepanjang 29 menit jalannya laga. Sayang, tepat di penghujung pertandingan, benteng pertahanan Surya Bakti akhirnya jebol juga setelah dengan gagahnya menahan gelombang invasi serangan.
Pedih. Mungkin itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hati anak-anak Surya Bakti. Seperti yang dirasakan Muhammad El-Gibran Gunawan. Tangisnya pecah, air mata membasahi wajah. Hati seakan begitu teriris-iris.
"Saya sedih sekali harus kebobolan di menit akhir. Harusnya kami bisa bermain seri," ujar Gibran seraya menyeka air matanya.
"Padahal tinggal sedikit lagi," sambung Gibran dengan nafas tersengal-sengal.
Namun Gibran sejatinya tidak sendiri. Sikap respect serta penuh simpati dilayangkan barisan pemain Diklat Pakujaya termasuk sang pelatih, Rio Ramandika. Pelukan hangat pun datang-datang bertubi-tubi.
Itu pula yang membuat Gibran bisa pulang dengan kepala tegak. Ya, hapus air mata!
"Iya tadi dikasih semangat sama pelatih Diklat Pakujaya. Katanya ga boleh nangis, tetap semangat. Harus kuat," ujar Gibran.
"Saya senang tiap kali main di kompetisi IJL makanya kalau kalah saya selalu sedih. Saya mau jadi seperti Lionel Messi," tandas Gibran dengan nada polosnya.