IJL.Com- Performa All Star Galapuri di kompetisi IJL U-11 belum bisa membuat sang pelatih, Muhidir tidur dengan nyenyak. Hantu klasik masih betah menggerayangi.
Dari lima laga yang sudah dilakoni All Star Galapuri, tim asal Ciledug, Jakarta Barat itu bisa dibilang masih belum bisa menemukan performa terbaiknya. Satu seri dan empat kalah harus rela dibawa pulang Arshavin Galingging dan kawan-kawan.
Praktis, hal tersebut belum bisa membuat sang pelatih, Muhidir tidur dengan nyenyak. Hatinya nampak galau dengan sepak terjang anak asuhnya.
Satu pekerjaan rumah paling besar apalagi kalau bukan intensitas latihan tim yang masih jadi masalah klasik. Soal rotasi pemain, ia pun tak kalah putar otak lebih keras tak jarang sampai mengelus dada.
"Skuat ini belum solid secara team work, kendala latihan jadi penyebab paling utama. Banyak anak-anak yang sering absen karena bentrok dengan jadwal sekolah," ungkap Munir, sapaan akrab dari Muhidir.
"Presentase kualitas tim utama dengan cadangan masih terlalu jauh, jam terbang kurang dan sangat minim. Banyak yang secara teknis bagus sebenarnya tapi karena jarang bertemu di setiap sesi latihan itu yang jadi kendala," sambung Munir seraya menghela nafas.
Berkaca pada musim sebelumnya, All Star Galapuri memang dikenal sebagai tim yang sering terlambat panas. Layaknya mesin diesel, mereka baru melaju cepat di akhir-akhir kompetisi.
2018 kemarin, Munir memang hampir saja membawa Damar Bhawono dan kawan-kawan melaju ke babak delapan besar champions. Saat itu Galapuri bahkan dikenal sebagai "raja imbang". Sayang seribu sayang mereka hanya terlambat mencuri start.
"Tim ini berbeda dengan musim lalu, 2018 kendala kami hanya kurang jam latihan tapi secara keseluruhan mereka sudah kompak secara permainan," jelas Munir.
"Musim lalu kami dalam seminggu ada jadwal latihan satu Minggu empat kali sedangkan sekarang hanya tiga. Ya itu tadi serba non-teknis," sambung Munir.
"Tidak mudah memang karena tim-tim lain bahkan ada yang sampai latihan lima kali dalam seminggu, kembali ini bicara soal kekompakan," tuturnya lagi.
Mayoritas pemain asuhan Munir musim lalu kini memang sudah naik kelas ke tim U-13 termasuk Damar, yang sukses masuk dalam gerbong IJL Elite. Alih-alih rindu, Munir justru semakin termotivasi mencetak generasi penerus.
Ya, tak ada kata terlambat berbenah. Beberapa pemain pun ia sebut punya potensi besar tebar kejutan untuk melangkah lebih tegap.
"Tentu sebagai pelatih harus lebih jeli berbenah, terutama menambahkan motivasi ke seluruh skuat tim termasuk orangtua murid. Harus tetap percaya, pekan-pekan berikutnya bisa lebih menjanjikan," jelas Munir.
"Ada tiga anak yang sebenarnya bisa punya potensi mengikuti jejak Damar Bhawono yaitu Fardhan Azmi, Irsyad Syah dan Damar Prasetya. Sekali lagi, yang mereka butuhkan saat ini adalah jam terbang apalagi ini debut pertama mereka di IJL," tandas Munir