IJL.Com- Bicara daya juang, jangan pernah ragukan kapasitas Azka Ghaisan Prayogi. Menjaga nyala api sang jenderal lapangan tengah.
Nama Azka Ghaisan Prayogi memang sudah tidak terdengar asing di telinga IJLovers. Musim 2018 lalu, sepak terjangnya saat berseragam Serpong City Soccer School U-9 begitu membetot mata penonton. Hasilnya, label bergengsi dengan tajuk pemain All Stars sukses ia kantongi.
IJL 2019, Azka datang dengan wajah baru. Seperti diketahui ia kini berseragam garuda di dada membela panji Fifa Farmel U-9.
Motivasi ganda, ya sudah jelas. Bagi Azka ini saatnya untuk kembali naik kelas.
"Senang sekali, karena dapat pengalaman dan tantangan baru. Dengan teman-teman baru tentunya motivasi jadi lebih berlipat," ujar Azka.
Meski demikian, tidak ada yang berubah dari seorang Azka. Kapasitasnya sebagai jenderal lapangan tengah berdarah dingin masih sulit untuk terbantahkan. Buktinya, sudah ada tiga gol ia sarangkan ke gawang lawan dari dua laga.
Mental tempur yang sangat dahsyat, amat spartan, begitulah Azka. Jika sudah bertatap mata dengan dirinya, cukup sulit untuk membuat siswa SD Islamic Village itu mundur satu jengkal pun.
Bukan Azka namanya jika keluar lapangan tanpa mandi keringat. 2x12 menit nampaknya masih terasa kurang untuk bocah yang mengidolakan pemain Real Madrid dan Timnas Spanyol, Isco Alarcon tersebut.
Bagi Azka, Isco memang ibarat panutan. Bisa jadi itu pula yang jadi alasannya ogah menanggalkan nomor punggung 22 yang melekat sejak masih berseragam Serpong City.
"Sebenarnya tidak ada alasan khusus, dari awal memang pakai nomor punggung 22. Biar jadi ciri khas saja, dilihat juga unik dan kebetulan saya kan posisinya gelandang," ungkap Azka.
Azka Kadabra. Rasanya julukan tersebut tidak terlalu berlebihan untuk dirinya jika melihat gaya permainannya di atas rumput hijau. Ia seperti punya daya sihir yang bisa menular untuk rekan-rekan setimnya.
Krusialnya peran Azka juga diakui sepenuhnya oleh pelatih Fifa Farmel, Djoko Suprianto. Pengalamannya mencicipi aroma sengit IJL sejak musim lalu jadi keuntungan untuk Fifa yang notabene adalah tim debutan.
"Pemain yang bagus, dia adalah jenderal lapangan tengah yang bisa membawa rekan setimnya untuk bermain lebih semangat," ujar Djoko.
"Daya juang tinggi Azka sangat luar biasa, tidak pernah mau kalah," sambung Djoko lagi.
Meski demikian, Djoko tidak mau energi berapi-api Azka berujung senjata makan tuan. Sebagai pelatih, ia menyadari punya tanggung jawab lebih mengawal potensi anak asuhnya.
Tidak larut dalam pujian, itu pesan yang ditanamkan Djoko untuk Azka. Terbang di bawah radar, mungkin jadi istilah paling tepat.
"Sebagai pelatih tentu harus terus memotivasinya, saya beri contoh ke Azka pemain bintang yang selalu memiliki juang tinggi tapi tidak pernah lupa bermain dengan hati seperti Zinedine Zidane atau Cristiano Ronaldo," ujar Djoko.
"Usia mereka dengan potensi emas yang tersembunyi harus tetap ditanamkan jiwa sportifitas khususnya Azka sendiri," sambung Djoko seraya tersenyum.