IJL.Com- Sepak bola dan musik ibarat mata koin yang tak bisa terpisahkan bagi bek Ragunan Soccer School U-11, Kals Soma Dewa. Rambut gondrong "warisan" sang ibu.
Perlahan-lahan, performa Ragunan Soccer School di kancah Indonesia Junior League U-11 mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan signifikan. Keputusan sang pendiri yakni Erphan Samsuar untuk turun langsung ke pinggir lapangan turut memancing "inner beauty" anak-anak didiknya.
Salah satu yang terus mencuat dalam beberapa pekan terakhir adalah Kals Soma Dewa. Penghuni lini belakang dengan nomor punggung empat tersemat.
Bermain tanpa kompromi menjadi identitas Kals saat mengawal mahligai pertahanan Ragunan Soccer School. Sapuan bola bersih bagai senjata andalan meredam gertakan serangan lawan.
Ya, seiring berjalannya waktu, Kals seperti memberi nafas terbaru untuk Ragunan Soccer School (RSS) di tengah derasnya ombak badai kompetisi. Kalah menang itu urusan belakangan, terpenting character building.
"Kalau anak balita di umurnya suka nonton film kartun, Kals justru lebih hobi nonton pertandingan bola. Sudah kelihatan minatnya," ungkap sang ibu, Vivi Soma Lulu.
"Kals itu anak pertama, punya satu adik, laki-laki juga. Tapi bedanya lebih suka olahraga renang daripada sepak bola," sambung Lulu.
Selain sepak bola, sedari kecil musik beraliran keras ternyata juga menemani tumbuh kembang bocah kelahiran Jakarta, 14 Desember 2009 tersebut. Pantas saja rambut gondrong bak rocker kenamaan menjadi mahkota di kepala.
Usut punya usut, rambut gondrong Kals ternyata sudah lama mendapat restu dari sang ibu. Bukan tanpa alasan kuat, ada cerita unik terkuak.
"Dari kecil Kals memang suka rambut gondrong, mumpung lagi sekolah di rumah ya akhirnya kesampaian juga. Maklum ia termasuk penggemar berat musik rock, gara-gara ketularan ibunya meski sebetulnya tidak saya sengaja," ujar Lulu tak kuasa menahan tawa.
"Saya terbiasa mendengarkan Led Zeppelin, Slipknot sampai Pantera dan teman-temannya. Makanya anak kedua saya diselipkan nama Cavalera, vokalis dari Pantera," ungkap Lulu.
Bagi Kals sendiri, hidup tanpa musik bagai sayur tanpa garam. Gebukan drum, sayatan gitar, betotan bass dan suara melengking bisa dibilang sudah jadi makanan sehari-hari sebagai pelengkap menu empat sehat lima sempurna.
Ibarat mata koin yang tak bisa dipisahin, begitulah sepak bola dan musik di mata Kals. The show must go on praktis adrenalin membuncah.
"Selain musik rock, dari aliran lain sebenarnya juga saya dengarkan. Saya punya playlist khusus seperti semua lagu Queen, Fajar Pagi (Boomerang), Dear God (Avenged Sevenfold), Sekali Lagi (Ipang), Ujung Aspal Pondok Gede (Iwan Fals) sampai Suket Teki (almarhum Didi Kempot)," ungkap Kals yang mengaku sangat mengidolakan duo palang pintu ternama sepak bola dunia, Carles Puyol dan David Luiz.
"Musik seperti moodboster. Apalagi sebelum pertandingan dimulai, bisa dibilang jadi doping," tandas bocah berdarah Ambon-Batak-Ponorogo tersebut.