IJL.Com- Gaya permainan agresif ala Cipta Cendikia FA belum membuahkan tiga poin saat jumpa Brazilian Soccer School. Tidak ada sama sekali raut wajah kecewa dari sang pelatih, Yance Putra namun justru pelukan hangat ia berikan ke salah satu anak asuhnya, M Rafly I Selang.
Tampil menekan sejak menit-menit awal membuat Cipta Cendikia FA disebut-sebut sebagai salah satu tim paling menjanjikan di kompetisi IJL Mayapada U-13. Jika lawan yang dihadapi bukan Brazilian Soccer School, bukan tidak mungkin poin penuh mampu mereka bawa pulang ke Bogor.
Dikomandoi M Rafly I Selang, organisasi permainan Cipta Cendikia memang bisa dibilang cukup sedap dipandang mata. Lihai menjaga tempo permainan, mahir lepas dari jebakan offside membuat tim asuhan Yance Putra itu kerap membuat jantung pertahanan Brazilian Soccer School berdegup lebih kencang.
Belum lagi dengan kehadiran Achmad Ridano Sania, penyerang bernomor punggung sembilan yang biasa beroperasi di sektor sayap. Di atas lapangan, ia bisa digunakan sebagai orang pertama yang bertugas memutus alur serangan lawan.
Yance sendiri mengaku bersyukur dengan hasil imbang yang diraih tim asuhannya. Menurutnya hasil di papan skor bukan untuk diambil pusing.
"Saya tidak mau bicara apa yang terjadi di papan skor. Kemarin anak-anak dapat panggung itu sudah cukup buat saya senang. Sebagai pelatih di level sepak bola usia dini bukan waktunya saat ini untuk membesar-besarkan nama mereka," tegas Yance.
"Saya hanya fokus pada empat faktor yaitu dimana pemain bisa kontrol, passing, dribling dan shooting. Itu jadi jadi tanggung jawab saya yang sebenarnya saat ini," tambah Yance.
Tidak heran sepanjang pertandingan, Yance terbilang cukup kalem memberikan instruksi dari pinggir lapangan. Namun pikiran dan tangannya tetap bekerja memantau sepak terjang anak-anak asuhnya secara lebih mendalam.
"Saya bukan remote yang bisa mengatur penuh anak-anak, prinsipnya mereka harus bermain lepas toh sudah ada proses latihan didapatkan. Jangan sampai sebuah tim meraih kemenangan hanya karena ketakutan akibat tekanan pelatihnya sendiri," ujarnya seraya tersenyum.
Karena itu, sedikit wejangan juga diberikan Yance untuk M Rafly I Selang. Seperti diketahui, sang konduktor harus mendapatkan hukuman kartu kuning akibat melanggar pemain Brazilian Soccer School.
Gaya permainan Rafly memang begitu menggebu-gebu. Ditunjang skill dan teknik kualitas kelas wahid praktis membuat dirinya akan jadi banyak incaran pemain lawan. Namun sedikit salah langkah, rasa frustrasi bisa menghantui.
Dari kompetisi yang begitu ketat inilah menurut Yance kadar emosi seorang pesepak bola usia muda dapat dilatih. Tentunya ia tidak ingin pemain andalannya tersebut kembali dihadiahi kartu kuning oleh wasit.
"Oh iya, kartu kuning yang didapat Rafly I Selang juga jadi catatan saya sebagai pelatihnya. Karena itu selepas pertandingan usai, dia langsung saya peluk. Anak ini sudah jadi tanggung jawab saya," ungkap Yance.
"Pastinya saya tidak ingin hukuman kartu kuning yang didapat Rafly bisa terulang lagi apalagi jika ia mencapai level dewasa nanti. Sejak usia dini, anak-anak ini harus diajarkan untuk bisa mengatur emosi karena yang kita bicarakan sudah ada soal edukasi di dalamnya," tambah sang pelatih.
Yance memang meyakini tugasnya di Cipta Cendikia FA bukan hanya pelatih sepak bola semata. Ada peran layaknya orangtua untuk Rafly dan kawan-kawan.
"Kemarin saat latihan saya kembali ajak Rafly bicara, ia sadar kalau di atas lapangan melakukan pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu adalah sebuah kerugian besar untuk pribadi dan rekan setimnya juga," terang Yance.
"Dulu kan ada istilah bola boleh lewat tapi lawan jangan, namun di dalam kamus saya kalimat itu sudah tidak dipakai lagi," ujar pemegang lisensi kepelatihan C AFC tersebut sambil tertawa.
Perjalanan Cipta Cendikia FA di kompetisi IJL Mayapada U-13 memang baru saja dimulai. Nasehat dari sang pelatih tentunya adalah sebuah strategi terbaik M Rafly I Selang Cs untuk terus berbenah.
"Daripada melakukan pelanggaran, saya lebih ingin anak-anak introspeksi diri sendiri apa yang masih jadi kekurangan mereka. Kenapa bola sampai bisa direbut, mengapa bisa kalah cepat ambil keputusan, ya semuanya dimulai dari pribadi sendiri untuk berbenah," jelas Yance.
"Satu lagi, saya selalu ingatkan ke mereka saat ini yang mereka lakukan adalah mencari teman bermain bukan lawan bertanding. Jadi sebisa mungkin perbaiki diri lewat proses latihan," tutup Yance.