IJL.Com- Kesalahpahaman antar suporter yang sempat terjadi usai laga antara Young Warrior versus R Soccer berakhir dengan pelukan hangat. Satu foto mengandung sejuta makna sarat cerita.
Tingginya intensitas pertandingan saat laga antara R Soccer versus Young Warrior pada laga pekan ketiga Indonesia Junior League U-11 sempat diwarnai kesalahpahaman antar suporter kedua belah tim pasca peluit panjang berakhir. Berkaca dari hal tersebut, sidang komite disiplin digelar Kamis (24/2) guna mendengarkan proses klarifikasi dan mediasi.
Raymond, perwakilan dari manajemen Young Warrior menyambut baik inisiatif dari komite disiplin IJL. Menurutnya, langkah cepat kudu diambil demi masa depan pembinaan sepak bola usia dini di Indonesia.
"Jujur saya sangat mengapresiasi kesigapan dari komite disiplin IJL walaupun sebenarnya kesalahpahaman antara suporter dalam hal ini orangtua pemain Young Warrior dan R Soccer sudah selesai di hari yang sama. Tapi sekali lagi, jalan tengah yang disiapkan harus benar-benar ditanggapi dengan positif," tutur Raymond.
"Siapa sih yang tidak bangga main lihat anaknya main di kompetisi sekelas IJL? Ini mungkin yang membuat dukungan total diberikan oleh suporter hingga bercampur euforia berlebih," sambung Raymond seraya melempar senyum.
Menurut Raymond kesalahpahaman yang sempat terjadi selayaknya jadi ajang introspeksi antar kedua belah suporter. Ia bahkan tak sungkan mengakui banyak belajar dari sikap lapang dada para pemain yang sudah bertempur habis-habisan di atas lapangan.
"Hati saya terenyuh saat melihat foto pertandingan yang berhasil diabadikan tim media IJL. Disitu saya lihat pemain R Soccer dan Young Warrior saling berpelukan," ujar Raymond.
"Kebetulan di dalam foto itu ada anak saya, Alvino David Felicio Tutupoly. Ia mendapat pelukan hangat dari pemain R Soccer. Saya tanya ke Vino, dia mengaku pemain R Soccer sendiri yang berinisiatif mendatanginya. Dari situ, saya ingin menertawakan sikap kita yang sudah dewasa secara umur namun sikapnya masih agak kekanak-kanakan, justru kita harus belajar dari anak-anak ini. Sekali lagi, saya mewakili manajemen dan pelatih Young Warrior ingin meminta maaf ke semua pihak baik itu untuk R Soccer sebagai teman bertanding dan IJL yang sudah berjuang menciptakan atmosfer kompetisi luar biasa," tutur Raymond dengan nada penuh bijaksana.
Proses klarifikasi dan mediasi yang berlangsung selama satu jam dan juga dihadiri perwakilan dari Batalyon Arhanud 01 tersebut berjalan cair dan hingga diwarnai gelak tawa. Tak ada sama sekali sisa-sisa ketegangan, yang terpancar hanya semangat untuk mewarnai sepak bola akar rumput dengan segudang senyuman.
Baik Young Warrior dan R Soccer sejatinya juga sudah sepakat menjaga nama besar IJL sebagai rumah milik bersama. Ya, selalu ada kabar baik demi masa depan sepak bola Indonesia.
"Saya mewakili tim manajemen dan bersama pelatih R Soccer juga ingin meminta maaf. Mungkin euforia berlebihan yang dirayakan suporter kami mendapat interpretasi berbeda oleh pihak Young Warrior. Sekali lagi, kami ingin memohon maaf," ujar Ade Ridwan.
"Kejadian kemarin seperti ada istilah menang jadi arang, kalah jadi abu. Tidak ada untungnya diulas terus menerus. Ilmu paling tinggi dari seorang manusia adalah berani meminta maaf dan tulus memberi maaf," sambung ayah dari Riyandika Anugrah tersebut.
M Hipni, Ketua Bidang Kompetisi IJL juga tak lupa mengirimkan ucapan terimakasih atas komitmen yang ditunjukkan pihak R Soccer dan Young Warrior. Ya, sesuai motto IJL yang berbunyi 'Bersama Kita Bangkit, Mimpi Kalian Semangat Kami'.
"Ada warisan dari almarhum bapak Rezza Mahaputra Lubis yang kami berjanji akan selalu jaga. IJL tidak bisa sendiri, ada dukungan dari tim-tim kontestan yang kami anggap sebagai keluarga. Kehadiran R Soccer dan Young Warrior pada hari ini semakin menguatkan kami," ujar Hipni.
"Euforia dalam sepak bola memang sudah biasa, apalagi jika sudah berkaitan dengan dunia suporter. Tapi memang yang harus diingat bagaimana IJL ini adalah arena edukasi untuk membentuk mental, karakter dan attitude. Anak-anak ini butuh contoh yang positif, kita harus jadi contohnya," tutur eks pemain Persija Jakarta era 90-an yang juga malang melintang di dunia perwasitan.