IJL.Com- Performa menawan Rayendra Afrizi dalam empat laga terakhir bersama Sparta U-9 membuat sang pelatih, Indra Adi Gumelar tersenyum puas. Terungkap racikan formula khusus dari sang juru taktik.
Satu menang, dua seri dan satu kalah jadi catatan yang diraih Sparta U-9 selama berlaga di kompetisi IJL musim 2019. Meski masih dihinggapi inkonsistensi permainan namun sejatinya tim yang bermarkas di Limo, Kota Depok itu punya potensi meramaikan tabel papan atas.
Salah satu pemain yang punya potensi besar membuat nama Sparta melambung tinggi adalah Rayendra Afrizi. Dua pekan berturut-turut ia masuk dalam daftar barisan pemain terbaik IJL U-9 meski levelnya baru status cadangan.
"Alhamdullilah Ray masuk nominasi. Ini juga bisa memberikan motivasi ke semua pemain Sparta agar bisa memberikan yang terbaik di setiap pertandingan," ujar Indra Adi Gumelar.
Pantas memang rasanya Indra melempar senyum semringah perihal sepak terjang anak asuhnya tersebut. Kontribusi Ray di skuat Sparta diakui punya peran krusial. Tidak hanya dari segi karakteristik permainan namun juga mental bertanding.
Semangat tempur Ray bisa dibilang ada satu langkah dibanding rekan-rekan setimnya. Tiap menitnya ada saja teriakan berapi-api ia kobarkan untuk anak-anak Sparta.
Tanpa ragu, Indra bahkan menyebut Ray sebagai titisan Rifal. Seperti diketahui, Rifal adalah pemain didikan Sparta yang dua musim berturut-turut menembus gerbong skuat IJL Elite dan membawa nama baik Indonesia di ajang Royal Selangor Club, Malaysia.
"Ray salah satu aset berharga yang dimiliki oleh Sparta. Boleh dibilang Ray adalah titisan Rifal," ujar Indra.
"Dia bisa mengontrol permainan tim, saat kapan harus mendrible bola dan momentum shooting ke gawang lawan. Ray juga rajin memberikan motivasi kepada rekan-rekanya saat sedang bertanding maupun sesi latihan," terang Indra.
Yang paling menarik di balik aksi gemilang Ray adalah statusnya yang selalu mengawali laga lewat bangku cadangan. Meski demikian performanya yang terlanjur aduhai tidak akan bisa luput dari pengamatan komite IJL.
Faktanya, pemain bernomor punggung 52 tersebut memang sengaja diparkir oleh Indra. Ray bukannya tidak siap, itu yang ditegaskan oleh pelatih berusia 38 tahun itu.
Walhasil terungkap pula ada formula khusus di tubuh skuat Sparta. Dan terbukti sejauh ini cukup mujarab membetot perhatian, Ray bukan "pahlawan kesiangan".
"Pengalaman saya tahun kemarin di IJL setiap tim selalu menurunkan pemain intinya sebelum regulasi supersub. Ray ibarat darah segar saat masuk ke lapangan, tapi suatu saat nanti ia akan masuk lewat racikan starting line-up, ditunggu saja," tegas Indra.
Meski demikian Indra berharap derasnya pujian tidak membuat Ray cepat puas. Eks pemain Timnas Indonesia U-19 era Bernard Schumm itu sendiri meyakini Sparta bukan tim yang hanya mengandalkan satu-dua nama.
"Tidak salah jika menyebut Ryan adalah seorang pembeda, dia bisa memberikan aura positif. Tapi sepak bola bukan hanya soal individu semata, Sparta masih punya Colby, Rendra, Jibran, Bama dan nama-nama lain. Saya yakin di laga-laga selanjutnya mereka terpacu menyumbang kontribusi lebih," tandas Indra seraya tersenyum.