IJL.Com- Sempat dilarang menginjakkan kedua kakinya di atas rumput hijau tidak membuat penggawa Satria Muda FA, Laras Widyanigrum patah arang. Rayuan maut itu membuka cakrawala.
Setelah melewati sekian banyak purnama, Laras Widyaningrum akhirnya bisa mencicipi hingar-bingar pagelaran Indonesia Junior League U-13. Seperti diketahui, di laga-laga pekan sebelumnya, pesepak bola wanita kelahiran 23 November 2005 tersebut lebih banyak diparkir demi kebutuhan strategi.
Meski pada akhirnya Satria Muda harus mengakui keunggulan Pelita Jaya Soccer School di laga pekan ke-19 IJL U-13, Sabtu (27/3), wajah berbinar-binar Laras begitu memancar penuh pesona mewarnai tiap helai rumput hijau. Bangga, lega, takjub semua campur jadi satu.
"Akhirnya rasa penasaran saya selesai juga. Di laga pekan sebelumnya lebih banyak dampingi teman-teman dari bangku cadangan, jujur ya itu gatal banget," ungkap Laras.
"Tidak ada instruksi khusus sih dari pelatih, saya cuma diminta untuk bermain enjoy saja. Nikmati pertandingan. Yang jelas, hari ini saya senang, senang dan senang banget," tambah Laras seraya tersenyum manis.
Laras sendiri mengaku sudah dari kecil belajar mengolah si kulit bundar. Namun proses untuk menginjakkan kaki di atas rumput hijau tak semudah yang dibayangkan.
Usut punya usut, Laras sempat mendapat larangan dari kedua orangtuanya. Meski demikian, hal tersebut tidak serta membuat ia menjadi cepat patah arang.
"Saya dulu main bola di rumah saja, itu juga pakai bola plastik," ungkap Laras dengan nada malu-malu.
"Sempat dilarang juga sama orangtua. Ya mungkin saat itu khawatir karena sepak bola kan identik dengan permainan laki-laki yang penuh risiko terutama cedera. Apalagi dulu kan belum banyak pesepak bola wanita," tambah Laras.
Namun Laras tak kenal lelah merayu kedua guna mendapat restu orangtua. Sampai pada akhirnya muncullah persona penggawa Timnas Putri Indonesia, Zahra Muzdalifah.
Nama Zahra bisa dibilang menjadi senjata pelicin yang digunakan Laras untuk meluluhkan hati kedua orangtuanya. Rayuan maut itu manjur, cakrawala pun terbuka.
"Semakin dilarang main bola justru bisa dibilang saya makin nekat. Mau buktikan kalau saya pasti bisa," ujar Laras tak kuasa menahan tawa.
"Sampai muncul kak Zahra, saya cerita ke mama kalau pesepak bola putri bisa juga sukses. Dan akhirnya rayuan itu berhasil, sekarang justru didukung penuh," terang Laras.