Resha Rafsanjani; Angkringan, Gudeg Sampai PSS Sleman




IJL.ComBelum genap dua tahun mencoba peruntungan di Jakarta, Resha Rafsanjani Prihawan mengaku sudah rindu berat dengan tanah kelahirannya, Yogyakarta. Suasana angkringan, nikmatnya suguhan gudeg dan tentunya atmosfer Stadion Maguwoharjo adalah tiga hal yang tak bisa terbantahkan.

Banyak hal yang membuat orang rindu dengan suasana Kota Pelajar. Setidaknya gambaran itu pernah dituangkan band legendaris Tanah Air, Kla Project lewat sebuah lagu memorable berjudul Yogyakarta.

Ngangeni itu istilahnya. Tidak heran, kerinduan kini tengah dirasakan Resha Rafsanjani Prihawan. Baru 2016 menginjakkan kaki di Jakarta, suasana bulan puasa kembali mengingatkannya soal kehangatan Yogyakarta.

"Yang saya rindukan itu suasana buka puasanya apalagi kalau bukan hunting menu. Ngobrol dengan teman sehabis buka sampai menunggu tarawih. Kalau kata orang Yogya itu ngangeni namanya," ujar Resha.


"Dan pastinya suasana rumah. Yogya memang terbuat dari rindu dan cinta," tambahnya seraya tersenyum.



Ya untuk urusan kuliner, sajian khas berselera ala Yogya memang punya nilai tersendiri. Tidak hanya soal mantapnya bumbu racikan, namun ada keterikatan emosional di dalamnya.

"Saya rindu dengan suguhan angkringan dan tentunya gudeg. Angkringan itu memang tempat favorit bercengkrama dengan teman-teman pelatih sehabis latihan, nah kalau gudeg jadi menu wajib sebelum sahur," cerita Resha.

"Di Jakarta sebenarnya sekarang juga sudah banyak angkringan dan gudeg tapi beda dari banyak hal. Ya dari segi rasa, harga dan pasti suasana obrolannya," kenang fans berat dari Arsenal dan Borussia Dortmund tersebut.


Sama halnya dengan atmosfer persepak bolaan di Yogyakarta. Seperti diketahui, disana ada tiga klub yang mewarisi nama identitas kota masing-masing seperti PSIM, PSS Sleman dan Persiba Bantul.

Untuk urusan di atas, PSS jadi pilihan Resha. Ia mengaku sudah kepalang rindu kembali menaiki tangga tribun Stadion Maguwoharjo melihat barisan pasukan Super Elang Jawa berlaga.

"Kalau saya PSS. Rindu juga "beribadah" ke Stadion Maguwoharjo. Pas bulan puasa pun juga sama, tempat ibadah tujuannya selalu ke markas Super Elang Jawa," terang salah satu pelatih IJL All Stars 2017 itu.

"Menonton PSS selalu punya kenangan tersendiri memang, paling ingat waktu laga final Divisi Utama LPIS melawan Lampung FC sekitar 2013," sambung pria jebolan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta itu.




Meski kerinduan itu tak bisa terbayarkan, namun Resha mengakui sepak bola selalu membuatnya mencoba terasa lebih dekat dengan Yogyakarta. Ya apalagi kalau bukan berkumpul bersama anak-anak asuhannya di atas rumput hijau sembari membuka waktu buka puasa tiba.

"Tidak ada yang berbeda sebenarnya kalau momen menunggu bedug maghrib saat di pinggir lapangan. Dulu pas di Yogyakarta juga bareng anak-anak SSB maupun tim kampus karena sempat bantu melatih di UNY," ujar Resha.

"Di Jakarta pun sama, dari sejak di Villa 2000 sampai sekarang selalu menghabiskan waktu sama bocah-bocah. Belajar sepak bola yang benar sebelum menunggu buka puasa," tandas pria yang kini jadi bagian dari tim pelatih Abstrax FA itu.






  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa