Indonesiajuniorleague.com - Setelah proses seleksi juga verifikasi, giliran tahap validasi alias screening pemain yang dilakukan operator kompetisi sepak bola usia dini, Indonesia Junior League jelang kick-off IJL Mayapada 2018 dibunyikan. Di kloter pertama pada Minggu (14/1), tercatat 600 pemain hadir dari 23 SSB di kategori U-9 dan U-11.
Bertempat di Mayapada Hospital Tangerang, proses screening pemain kontestan IJL Mayapada 2018 resmi dimulai. Antusiasme terasa sangat tinggi manakala mayoritas pemain hadir turut didampingi orangtuanya masing-masing.
Tak pelak, akhir pekan di Mayapada Hospital Tangerang jauh seperti hari-hari biasa. Suasana riuh dan penuh keakraban nampak mewarnai ruang auditorium Ang Boen Ing yang jadi tempat screening pemain dilakukan.
“Iya, Mayapada Hospital Tangerang mendadak jadi ramai sekali. Tercatat tadi ada sekitar 600 pemain yang hadir menjalani proses screening,” ujar CEO Indonesia Junior League, Rezza Mahaputra Lubis sembari tersenyum.
Rezza sendiri nampak sangat puas dengan hasil screening pemain yang didapat saat kloter pertama. Dari sisi kedisplinan SSB menyiapkan urusan kelengkapan administrasi jadi hal yang paling ia sorot. Meski demikian, hal tersebut bukannya tanpa “catatan”.
“Cukup memenuhi syarat dari segi kelengkapan dokumen administrasi walau dari tim dokter gigi Mayapada Hospital ada yang mencurigai beberapa pemain yang sudah melewati umur,” tegasnya.
Proses screening pemain IJL Mayapada 2018 memang harus melalui beberapa tahapan khusus. Cek kesehatan (gigi) untuk meminimalisir praktik pencurian umur jadi kebijakan yang ditempuh.
“Memang jalannya proses screening ini sangat ketat dan seluruh manajer yang hadir sudah menuliskan surat pernyataan apabila mereka memasulkan umur pemainnya maka konsekuensinya tim SSB tersebut akan terkena sanksi keras,” jelas Rezza.
Tidak jauh berbeda dengan Rezza, salah satu anggota komite IJL, Erphan Samsuar juga mengaku salut dengan antusiasme yang ditunjukan para tim kontestan menyambut kompetisi musim depan. Meski ia mengakui masih ada beberapa hal yang harus dipersiapkan secara lebih baik terutama dari sisi kesiapan tim peserta.
“Antusiasme para pemain dan orangtua memang cukup tinggi sekali untuk mengikuti screening gelombang pertama. Tapi seperti kebiasaan sebelumnya, masalah kedisiplinan belum berubah karena banyak SSB kurang memperhatikan jadwal screening yang dijadwalkan oleh panitia. Ada data anak-anak yang kurang lengkap tapi semua masih batas wajar,” ujar Erphan.
Berkaca dari kompetisi tahun sebelumnya, Erphan juga menegaskan pihak IJL selalu menerapkan beberapa langkah visioner demi membuat atmosfer tidak hanya kian maju tetapi juga profesional. Tak heran, ketatnya proses screening pemain disebutnya bukan hanya sekadar pemanis belaka.
“Memang betul, kita belajar dari IJL tahun lalu dimana data-data pemain yang kurang lengkap. Tapi di IJL Mayapada 2018, screening lebih ketat seperti pemeriksaan keabsahan data secara berulang ditambah pengecekan gigi oleh tim dokter Mayapada,” beber Erphan.
“Ini juga semacam pembuktian positif agar para peserta melihat begitu seriusnya panitia mengantisipasi adanya kecurangan-kecurangan dalam pencurian umur yang selama ini banyak terjadi di setiap kegiatan festival maupun kompetisi usia dini,” sambung mantan pemain Timnas Garuda tahun 1985 tersebut.
Menuju Tata Kelola Sepak Bola Usia Dini yang Kian Profesional
Komitmen Indonesia Junior League dan juga pihak Mayapada Hospital dalam melakukan proses screening faktanya juga banyak mendapat sambutan positif dari banyak pihak. Eks pemain Timnas Indonesia, Firman Utina tak ragu mengeluarkan pendapatnya.
“Mantap sekali, pelayanannya rapi luar biasa. Ini cara yang baik untuk mendidik sukses terus bang Rezza Lubis untuk membangun usia dininya,” seru Firman.
“Jangan pernah cape mengayomi anak-anak usia dini. Terimakasih sudah memfasilitasi wadah buat kami semua. Sukses buat IJL Mayapada,” tutur pemain yang sukses meraih trofi Liga Indonesia dengan tiga klub berbeda tersebut.
Tak ketinggalan pula Andre Picessa, pelatih timnas futsal putri Indonesia yang hadir di Mayapada Hospital menemani sang anak, Raffael Muhammad Gaitsa. Ia pun tak ragu angkat topi atas komitmen besar yang terus dibangun IJL membenahi tata kelola sepak bola Tanah Air.
“Saya melihat sangat terorganisir. Di ruangan ber-AC mereka menunggu, biasanya di lapangan terbuka. Jadwal pertim sudah disusun, pemain tidak dibiarkan mengantri terlalu lama, banyak official IJL membantu untuk mempercepat proses screening hari ini. Paling istimewa, sudah disiapkan dokter dengan kredibel tinggi serta admin khusus mengurus ID pemain,” jelas Andre yang musim lalu juga sempat merasakan atmosfer kompetisi IJL.
“Saya pikir sudah sangat serius untuk kemajuan grassroots dan menghindari kecurangan di pencurian umur. Sangat ketat, saya melihat bahkan orangtua hanya bisa menunggu di luar,” tandas pelatih yang sukses membawa timnas futsal putri Indonesia itu menggondol medali perak saat SEA Games 2017 lalu.
Begitu juga dengan CEO sekaligus manajer Giras FC, Rudi Susanto. “Kesaktian” screening ala IJL diharapkan dapat menjadi sinyal bangkitnya sepak bola Indonesia.
“Semoga jadi barometer soal screening usia dini dan muda di Indonesia. Dan pastnya id card keluaran IJL dapat dipakai di festival apapun arna screeningnya cukup valid. Sukses IJL,” tegas Rudi yang juga merupakan manajer Persitara Jakarta Utara junior.