IJL.Com- Terperangkap 12 kali jebakan offside Pelita Jaya Soccer School tidak membuat anak-anak Serpong Jaya mati kutu. Syaiful Akbar jadi pembeda, Black Panther pulang dengan rasa bangga.
SSB elit Tanah Air, Pelita Jaya Soccer School harus ke luar lapangan dengan kepala tertunduk pada pekan pertama IJL Mayapada U-13 Grup Phenomenon. Bertemu Serpong Jaya, tim yang bermarkas di Sawangan itu harus mengakui keunggulan lawan dengan skor 1-2. Pelita sendiri sempat tertinggal dua gol terlebih dahulu sebelum sepakan penalti Alvaz Alviansyah mampu memperkecil kedudukan.
Pelita sebenarnya bermain tidak terlalu buruk. Pada babak pertama contohnya, Ziyad Fatih dan kawan-kawan mampu membuat barisan penyerang Serpong Jaya frustrasi. Tercatat ada 10 kali jebakan offside dalam kurun waktu 1x25 menit.
"Empat bek sejajar yang kami punya sudah bermain sangat baik. Skema jebakan offside tersebut memang sudah menjadi bagian dari proses latihan khusus anak-anak Pelita Jaya, jadi mereka sudah paham memanfaatkan luas dan lebar lapangan," beber sang juru taktik, Edi Pringadi.
"Saya kira sebenarnya dari segi permainan mereka sudah sangat baik terutama soal menjalankan instruksi pelatih," sambungnya lagi.
Namun sayang di babak kedua malapetaka itu hadir perlahan-lahan. Radar offside Pelita Jaya mendadak kehilangan arah.
Faktor mental pemain disebut sang pelatih turut pegang kendali. Sesuatu yang benar-benar harus dibayar mahal. Dua kali bola bersarang di gawang Pelita Jaya hanya dalam kurun waktu tiga menit.
"Saya harus akui, penjaga gawang agak sedikit gugup. Tapi tidak masalah, kompetisi seperti ini bisa membuat dirinya lebih banyak belajar menikmati atmosfer pertandingan," ujar Edi membela anak asuhnya.
"Kalau sudah di atas lapangan, mental pemain akan jadi salah satu kunci utama," sambungnya.
Kini, pekerjaan rumah ada di depan mata Edi. Selain terus memperbaiki koordinasi permainan tim asuhannya, ia juga dapat tugas tambahan menggenjot mental pemainnya yang masih nampak terpukul.
"Kami punya pelatih kiper sendiri, nanti urusan evaluasi penjaga gawang akan segera diatasi secara lebih mendalam, saya tinggal beri motivasi tambahan," ujarnya.
"Ada pemain yang masih menyesali kekalahan seperti Umar Sayed. Seiring jalannya waktu bisa kita perbaiki termasuk soal finishing di depan gawang lawan. Selain itu secara organisasi permainan saya tegaskan anak-anak sudah bermain cukup baik," tegas Edi.
Sementara pelatih Serpong Jaya, Iwan Rukmana membuka rahasia anak didiknya mampu lolos dari "Jebakan Batman" ala Pelita Jaya. Tidak lain, perubahan taktik di babak kedua ia sebut jadi kunci utama.
"Pertahanan Pelita Jaya sangat-sangat rapat, itu yang saya pikirkan saat jeda babak pertama. Saya dibuat terus berpikir apalagi kami hanya bawa 15 pemain," terang Iwan.
"Di babak pertama, penyerang kami tipenya memang lebih ke sektor sayap, gaya permainan mereka sangat mudah ditangkap radar Pelita Jaya. Kunci kemenangan memang benar-benar ada saat perubahan taktik di babak kedua," sambung Iwan.
Menyebut satu nama, Iwan memang patut berterima kasih dengan performa seorang Syaiful Akbar. Meski mengawali laga dari bangku cadangan, pemain berpostur cilik dengan nomor punggung 25 itu mampu membuka mata publik Indonesia Junior League dengan dua gol yang dilesakannya.
"Syaiful Akbar justru tipe penyerang murni, datang dari bangku cadangan lalu cetak dua gol. Ini memang murni masalah taktik," jelas Iwan.
"Saya kira di usia seperti ini sangat penting anak-anak mulai belajar soal kecepatan berpikir, penerapan taktik di atas lapangan. Syaiful Akbar dan rekan-rekannya di lini depan bisa membuktikannya pada babak kedua," tutup Iwan dengan wajah tersenyum.