IJL.Com- Lemparan ke dalam (throw-in) dalam dunia sepak bola juga bisa jadi bagian strategi sebuah tim untuk menyusun serangan sampai mencetak gol. SS Gagak Rimang U-11 beruntung punya pemain sekelas Rakha Ghaney Raphilano Lubis .
Tidak perlu banyak alasan bagi seorang Rakha Lubis untuk memilih SSB Salfas Soccer sebagai tempatnya menimba ilmu. Dua tahun sudah pemain terbaik IJL U-9 musim 2017 itu berlabuh di Lapangan Palapa, markas Salfas.
"Alasannya sederhana sih, waktu itu pas sekali dengan momen Salfas U-12 juara Danone dan mewakili nama Indonesia di Prancis. Kebetulan markas Salfas tidak jauh dari rumah," ujar ayah Rakha, Rudy Buchari Lubis.
"Oh iya ada peran besar pendiri Salfas Soccer juga, Pak Irwan Salam. Dia sosok yang disegani di kalangan pelaku sepak bola usia muda khususnya kawasan Banten," ujar Rudy.
"Saya dulu juga sempat main bola di lapangan yang sekarang jadi markas Salfas," tambahnya.
Bedanya, Rudi bukan seorang pesepak bola aktif seperti Rakha. Ya, ia memang lebih dekat dengan olahraga voli bahkan sudah diwariskan secara turun temurun ke dua anaknya yang lain.
"Keluarga kami dan dua anak saya yaitu Yaser Novian Lubis dan Regian Fajar Lubis justru lebih condong ke voli. Dua kakak Rakha itu main di PON DKI dan kompetisi Proliga membela Jakarta Electric PLN," ungkapnya.
"Rakha juga sudah mulai fasih main voli. Kebetulan depan rumah ada lapangan, suka iseng aja dia ikut saya dan dua kakaknya main," tambah Rudy.
Meski demikian, Rudy tidak mau memaksakan kehendak Rakha untuk mengikuti jejak kedua kakaknya. Sebagai orangtua, ia mengaku hanya bisa memberikan masukan positif sebagai bekal masa depan sang anak
"Kalau saya sih bebas, cuma mau lihat seberapa besar talenta Rakha entah itu di voli atau sepak bola. Pilihan ada di tangan dia sendiri, sebagai orangtua ya hanya bisa beri masukan dan dukungan," tegas Rudy.
Namun setidaknya, teknik dasar yang dipunya Rakha dalam olahraga voli sudah mendapat pengakuan dari sang ayah. Bahkan Rudi mengaku ada beberapa skill yang bisa digunakan Rakha saat berlaga di atas rumput hijau.
Ya apalagi kalau bukan urusan lemparan ke dalam. Disadari atau tidak, skill itu masih sangat jarang digunakan pesepak bola belahan dunia manapun. Hanya ada dua nama seperti Rory Delap (eks Stoke City) dan Christian Fuchs yang pernah dapat pengakuan sebagai master art of throw-in.
"Dalam olahraga voli, yang paling penting adalah kuda-kuda lalu kecepatan mengambil keputusan. Kalau secara teknik dasar, Rakha sudah sangat bagus dalam skill lemparan ke dalam. Kuat sekali dia," terang Rudy.
"Throw-in di sepak bola kan juga tidak boleh sembarangan main lempar saja. Pastinya Rakha bisa gunakan kemampuan itu untuk membantu kinerja timnya di atas lapangan. Jadi saya sangat apresiasi dengan IJL yang dalam regulasi pertandingan mereka sudah menerapkan hal ini karena itu adalah teknik lalu skill dasar untuk anak-anak di usia dini," tandas Rudy.
Rakha sendiri mengaku belum berpikir mengikuti jejak kakaknya menjadi atlet voli profesional. Sampai saat ini ia masih nyaman mengolah si kulit bundar dengan kakinya.
"Lebih suka sepak bola. Kalau voli cuma suka nonton aja sebenernya, apalagi kalau lihat kakak saya bertanding. Saya ingin seperti Egy Maulana Vikri atau Febry Hariyadi," ujar pemilik nomor punggung 11 di SS Gagak Rimang itu seraya tertawa.