IJL.Com- Melihat dengan mata kepala sendiri atmosfer gelaran Indonesia Junior League membuat mantan pemain Persija Jakarta, Warsidi Ardi langsung jatuh hati. Serasa masuk ke lorong waktu.
Nama Warsidi tentunya sudah tidak lagi terdengar asing di telinga The Jakmania, suporter fanatik Persija. Musim 2001, pemain kelahiran Jepara itu jadi salah satu bagian skuat era keemasan Macan Kemayoran saat menjuarai Liga Indonesia usai mengalahkan PSM Makassar di partai final.
Masih terekam jelas memang bagaimana pada laga final Warsidi masuk di menit ke-72 menggantikan Dedi Umarella khusus untuk menghentikan duo penyerang kenamaan, Kurniawan Dwi Yulianto dan Miro Baldo Bento sekaligus. Kalau saja saat itu Sofyan Hadi telat memasukkan dirinya bukan tidak mungkin PSM bisa menyamakan skor menjadi 3-3.
Bahu membahu bersama Joko Kuspito, Aris Indarto, Antonio Claudio hingga Nur Alim di jantung pertahanan Persija tidak heran nama Warsidi masih kerap dielu-elukan oleh The Jakmania. Lima pilar tangguh yang bisa dibilang pesonanya belum bisa tergantikan sampai saat ini. Julukan golden era 2001 memang bukan sekadar dongeng pengantar tidur.
Pasca gantung sepatu bersama PSS Sleman musim 2010 lalu, Warsidi pernah mencurahkan sebagian hidupnya untuk pembinaan sepakbola bola usia muda Indonesia. Tercatat, SSB Kabomania pernah dibesutnya pada 2016.
Akhir pekan kemarin, Warsidi terlihat menyambangi National Youth Training Centre PSSI di Nirwana Park Sawangan guna melihat perhelatan kompetisi Indonesia Junior League. Ia tidak sendirian, ada satu lagi mantan pemain Persija, Sony Kurniawan turut ikut serta dengannya.
Tidak ada perubahan signifikan dari seorang Warsidi, badannya masih tetap tegap berisi. Hanya satu yang mungkin bikin beda, gaya rambutnya kini lebih klimis dengan potongan spike layaknya remaja kekinian.
Senyum lepas tak henti keluar dari wajah pemain Timnas Indonesia di Piala Asia 2004 tersebut saat melihat hingar bingar semaraknya atmosfer IJL. Tak jarang ia juga nampak terheran-heran dengan skill dan teknik individu yang kerap dipertontonkan calon aktor rumput hijau Tanah Air meski levelnya baru di kategori U-9.
Saat komentator pertandingan tengah asik mewancarai dirinya, mata Warsidi tetap tajam menyorot ke atas rumput hijau. Suguhan cappucino dingin yang ada di tangannya pun sampai tak sempat ia tenggak.
"Ini baru yang namanya kompetisi liga. Semuanya tertata rapi, antusiasme peserta dan SSB juga sangat bagus sekali, orangtua tak henti memberikan dukungan secara positif," ujar Warsidi.
"Saya sebenarnya terharu dan tidak bisa berkata-kata saat sampai di lapangan. Kok baru muncul ya liga seperti ini sekarang," sambungnya lagi.
Praktis, saat itu Warsidi bak memasuki lorong waktu. Kenangannya terseret saat masih berjuang dari nol kala berseragam Persijap Jepara junior di ajang Piala Suratin bertahun-tahun lampau.
"Dulu zaman saya tidak ada liga seperti ini, ya bisa dibilang anak-anak sekarang lebih beruntung. Semuanya apa-apa terpacu untuk menjadi lebih baik, pemantauan untuk bibit Timnas Indonesia pun jauh lebih mudah," ujar Warsidi.
"Jujur ya, lihat kemarin anak-anak main ya saja jadi agak iri. Ingin rasanya mengulang masa kecil lagi, seru sekali ini sepertinya main di IJL," tambah Warsidi tak kuasa menahan tawa.
"Saya harap IJL tidak berhenti sampai di Jabodetabek, lebarkan sayap dan jaring mimpi anak-anak di luar daerah," ujar Warsidi lagi dengan nada penuh semangat.
Warsidi sendiri saat ini tengah sibuk berwirausaha dengan membuka jasa rumah kontrakan dan franchise makanan cepat saji. Meski demikian, eks penggawa Arema Malang itu mengaku tidak menutup kemungkinan untuk dirinya kembali terjun ke level sepak bola akar rumput.
Satu yang pasti nama pemain sekaligus pelatih legendaris Persija, Sofyan Hadi jadi pegangan dirinya untuk lebih berani menuntut ilmu. Membesut salah satu tim SSB di IJL menyusul dua koleganya yakni Aris Indarto dan Washiyatul Akmal? Ya bukan hal yang tidak mungkin.
"Oh iya pasti ada tawaran dan berpikir untuk kembali melatih, semuanya kan memang harus diawali dari bawah. Saya juga masih belajar bagaimana menyampaikan program sekaligus mengenal karakter anak-anak," ujar pelatih dengan lisensi C AFC tersebut.
"Saya banyak belajar dari pelatih idola saya, Sofyan Hadi. Beliau adalah sosok bertangan dingin, jarang sekali marah tetapi punya wibawa luar biasa," tandas jebolan SMA Diklat Ragunan kembali mengumbar senyum lepas.