IJL.Com- Laga terakhir babak penyisihan Grup Phenomenon jadi ajang bagi tiap pemain berlomba-lomba mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya, mental benar-benar dikuras, daya juang ditabuh. Berjuang sampai titik keringat penghabisan demi lambang di dada melahirkan petarung kelas unggul.
Kiper:
Bima Aidil (M'Private Soccer School)
Bima kembali membuktikan kapasitasnya sebagai salah satu kiper jempolan di gelaran IJL U-13. Ketenangannya menahan serangan Indonesia Rising Star amat penuh nilai berkelas, kuda-kudanya dalam mengantisipasi bola-bola udara terbilang sangat kokoh dengan tangkapan lengket. Satu yang makin tidak terbantahkan, ia makin handal berperan sebagai seorang sweeper seperti saat berduel dengan Alief Apikri.
Bek:
M Rafi (M'Private Soccer School)
Reading the game jadi kunci Rafi menyumbat naluri gol penyerang eksplosif milik Indonesia Rising Star, Alief Apikri. Cerdas dalam memotong bola, begitu kuat saat duel satu lawan satu. Nafas kuda Rafi jadi garansi nyaman rekan setimnya, pantas ban kapten melingkar di lengannya.
M Ferdi (Garec's)
Bukan hal yang mudah untuk meredam agresivitas penyerang Serpong Jaya, Randi Ilham namun Ferdi mampu memberikan kontribusinya sebagai jenderal lini belakang Garec's. Tangguh, kokoh dan tenang adalah tiga kata yang sudah cukup menggambarkan karakter bek bernomor punggung dua tersebut. Makin handal dalam mengantisipasi bola udara, ada banyak momentum krusial ia bukukan.
Ahmad Bayhaqi (Indonesia Muda Utara)
Dua gol Bayhaqi ke gawang Villa 2000 semakin membuktikan dirinya sebagai bek bertalenta tinggi milik Indonesia Muda Utara, hantu bola mati untuk tim lawan, begitu jeli curi posisi. Kedewasaan dalam memutus arus serangan lawan membuat Bayhaqi benar-benar layak dapat bintang, ketepatan Bayhaqi menutup laju gerak anak-anak Black Orange membuat kiper Indonesia Muda Utara tidak terlalu banyak bekerja keras.
Gelandang:
Dzuhri Rayyan (Garec's)
Umpan direct Dzuhri kembali jadi pembeda di atas lapangan, akurasinya sangat tinggi dan sangat efektif membuat benteng pertahanan Serpong Jaya pecah kongsi. Kestabilan Dzuhri sebagai titik keseimbangan Garec's jadi faktor utama kemenangan anak-anak Cengkareng atas Black Panther. Cepat ambil keputusan, sigap keluar dari tekanan.
Nurgadri Nugra (Abstrax FA)
Postur tubuh yang tinggi menjulang membuat peran Nurgadri terasa begitu krusial sebagai gelandang jangkar Abstrax, kematangan membaca alur permainan tim lawan membuat pemain bernomor punggung delapan ini selalu unggul dalam perebutan bola, ada banyak momen dirinya kerapkali jadi pemutus rantai serangan Garuda Junior. Begitu tangguh dan tanpa celah saat duel bola udara membuat Nurgadri jadi sosok menentukan di balik kemenangan Abstrax.
M Misbah (Tajimalela FA)
Bermain sangat eksplosif sebagai konduktor serangan Tajimalela FA, bermain tanpa lelah mengobrak-abrik tebalnya lini tengah dan belakang Ragunan Soccer School. Trik individu yang menonjol cukup membetot mata penonton. Sumbang satu assist menawan nan berkelas, layak dapat bintang.
Ibrahim Ar-Rasyid (Satria Muda FA)
Peran Ibrahim begitu sentral sebagai pemegang komando lini serang Satria Muda. Kestabilan menjaga temperatur permainan tim membuat dirinya jadi pelayan yang baik untuk rekan-rekan setimnya. Dribbling kelas yahud, terhitung harus ada dua pemain Pro: Direct Academy menghentikan pergerakannya.
Penyerang:
Michael Castillo Simanjuntak (Garec's)
Pencetak gol semata wayang sekaligus penentu kemenangan Garec's atas Serpong Jaya, begitu sabar dan jeli membongkar pertahanan Black Panther dari sisi lini sayap membuat Castillo begitu layak jadi bintang di lini depan. Ketenangannya memanfaatkan momentum emas jadi bukti mentalitas pemain bernomor punggung 11 tersebut, daya ledaknya semakin punya kontribusi untuk Garec's yang gemar memanfaatkan skema lebar lapangan.
Arya Fernanda (Indonesia Muda Utara)
Laga kontra Villa 2000 jadi harinya Arya Fernanda, dua bek lawan tidak cukup menghentikan pergerakannya menembus bala pertahanan Black Orange, tipe striker yang simpel dan cukup memudahkan rekan-rekan setimnya membuka ruang. Dua golnya bisa jadi bukti betapa sadisnya Arya jika diberi umpan-umpan daerah yang matang.
Adrian Rizki (Laskar Pelangi Soccer)
Postur kecil dan harus berhadapan dengan bek bertubuh besar milik Pelita Jaya tidak membuat mental Adrian ciut, begitu diandalkan saat Laskar Pelangi melakukan serangan balik hingga membuat dirinya terpaksa jatuh-bangun menjadi bidikan pemain lawan. Akselerasi tajam kerap efektif memaksa bek Pelita menguras keringat. Aksi monumental ia torehkan saat mencetak gol emas lewat titik penalti.
Pelatih:
Mario Agustinus Lalumedja (Indonesia Muda Utara)
Mario menunaikan janjinya untuk membawa anak-anak asuhnya tampil habis-habisan di laga terakhir meski sudah dipastikan tidak lolos ke fase knock-out 16 Besar, hasilnya permainan Indonesia Muda Utara berjalan melebihi ekspektasi, tiap jengkal lini anak-anak Koja bermain tanpa celah, empat gol yang bersarang ke gawang Villa 2000 adalah sebuah fakta tidak terbantahkan. Racikan 3-5-2 Mario terbukti mampu membuat naluri gol Arya Fernanda menanjak, sektor gelandang kreatif memainkan alur bola dan tembok pertahanan tetap dengan ciri khas militan, paling utama ia sukses mendikte permainan Villa 2000.