IJL.Com- Tiga hari sudah juru taktik Benteng Muda Indonesia Football Academy (BMIFA), Mukti resmi mengantongi lisensi kepelatihan C AFC. Masih betah berada di akar rumput, ia mengatakan belum banyak berpikir untuk segera "hijrah".
Lebih dari satu windu lamanya Mukti bergelut dengan bocah-bocah kecil di atas rumput hijau. Baginya berkumpul dengan pemain seperti Redo Alqudus, Fawwaz bersaudara hingga legiun asing berdarah Kamerun yakni Djone Alexandre adalah sebuah sensasi tersendiri.
Menjadi seorang pelatih SSB memang tidak mudah. Terkadang Mukti mengaku sampai harus mengelus dada melihat tingkah polah anak didiknya.
"Saya turun ke level akar rumput sejak 2006. Sebelumnya jadi staf pelatih di Persita Tangerang junior di usia 15-17 tahun," ujarnya.
"Saya senang ngurus anak-anak, melatih kesabaran dan konsentrasi jika sudah berurusan dengan level grassroot (di bawah usia 13 tahun). Melatih mereka itu tidak mudah, kalau pemain sedang tidak fokus mereka nanti akan lebih banyak ngobrol. Pusing juga terkadang," tutur Mukti.
"Ya sudah hampir 12 tahun ya, tak ada sama sekali niatan untuk berhenti. Tapi kalau berpikir buat istirahat sebentar pernah kalau memang sedang banyak urusan," sambungnya lagi.
Cobaan yang dihadapi Mukti terkadang tidak hanya dari segi teknis namun juga non-teknis. Meski demikian, ada banyak mimpi besar membuat dirinya bertahan malah semakin kuat.
"Pengalaman pahit sih saya ga pernah temui. Ya paling kalau ada jadwal main jauh dan dapat jadwal tanding pagi hari jam tujuh misalnya pasti harus berangkat dari sekret BMIFA dari subuh. Terkadang dampingi anak-anak dari gelap sampai gelap lagi kalau ada event festival," kenang pria asli Cipondoh, Tangerang itu.
"Menjadi pelatih SSB sepertinya tidak menjanjikan dari segi ekonomi tapi saya disini berdasarkan hobi. Selalu ada impian melihat anak-anak didik ini nantinya bisa jadi pemain nasional, bela Timnas Indonesia bahkan hingga level internasional," sebut Mukti.
Impian itu dikatakan Mukti memang tidak mudah. Proses belajar tanpa henti pun tak lupa ia jalani. Belum lama ini, dirinya baru saja pulang menjalani kursus kepelatihan C AFC yang digelar di Lapangan Puspiptek, Banten. Update sekaligus upgrade ilmu dilakukannya.
"Baru saja rampung kemarin (13/5) ambil lisensi C AFC, dapat rombongan ke-11. Banyak pandangan baru saya dapat di sana yang jelas sangat baik untuk anak-anak kita agar sepak bola Indonesia lebih jelas. Rekan-rekan sesama pelatih dan instruktur juga saling kenal jadi penuh semangat, saling bantu membantu ada transfer ilmu," terang pria berusia 39 tahun itu.
Meski sudah naik level, Mukti sepertinya masih tetap teguh dengan pendiriannya. Lisensi C AFC tidak membuat dirinya buru-buru untuk "hijrah" alias bergabung dengan tim yang kategorinya jauh lebih profesional seperti saat dirinya pernah membesut Persita Tangerang junior.
"Saya belum berpikir terlalu jauh ke sana. Masih memikirkan bagaimana anak-anak usia dini ini dapat memahami filosofi sepak bola yang akan saya terapkan usai rampung C AFC kemarin. Ini bekal masa depan pemain muda kita," seru Mukti.
"Orangtua pemain jadi inspirasi dan alasan saya mengatakan hal tersebut. Saya ingin punya anak didik yang bermain sampai level kompetisi luar negeri. Itu dorongan saya tidak mau berhenti mengambil peran sebagai coach education," tandasnya.