IJL.Com- Kepergian sang ibu ke pangkuan Yang Maha Kuasa justru menjadi kekuatan bagi Muhammad Juhdi Pratama. Percaya ada doa sepanjang jalan walau rindu tak bisa dilukiskan.
KMJR Cilegon menjadi salah satu tim yang nampaknya bisa diperhitungkan di kancah Indonesia Junior League (IJL) U-13 musim ini. Kekuatan lini belakang mereka jadi salah satu alasan untuk berbicara lebih banyak.
Ketenangan Zidan Al Bantani di bawah mistar gawang patut diberi kredit tersendiri. Tidak ketinggalan, faktor kepemimpinan sang kapten yakni Mohamad Affan Pratama sebagai jenderal lini belakang.
Namun jangan menutup mata pula soal peran strategis Muhamamad Juhdi Pratama. Penampilannya yang taktis dalam organisasi pertahanan semakin menunjang tugas Zidan dan Affan.
Dari dua laga yang sudah dilakoni, Tama terbilang sukses memainkan lakon sebagai tembok baja. Karakter tanpa kompromi diselimuti tingkat konsentrasi tinggi, alhasil butuh putar otak guna mengelabui pemilik nomor punggung tiga tersebut.
Bagi Tama, ketenangan menjadi faktor kunci. Grasak-grusuk meredam badai serangan tak ada dalam kamusnya.
"Saya justru sangat mengidolakan Sergio Busquets," tutur Tama.
"Penampilannya tenang dan kalem. Jadi membuat rekan-rekan setimnya jadi ikut tenang saat berada dalam tekanan lawan," sambung Tama.
Sama seperti sang idola, Tama juga nampak sangat tenang saat diwawancarai IJL.Com. Termasuk saat mengenang sosok almarhumah ibu.
"Ibu sudah tidak ada sejak saya kelas 6 SD, sekitar tiga tahun lalu. Wafat karena sakit lambung," ungkap Tama.
"Dulu sewaktu ibu masih ada, pasti selalu temani saya bertanding. Sekarang tidak ada, ya serasa ada yang kurang aja sebenarnya," tambah Tama dengan mata agak berkaca-kaca.
Tentu berat di usia yang masih sangat belia, Tama harus rela ditinggal sang ibu. Terkadang ada rindu tak bisa terlukis dengan kata-kata.
Meski demikian, Tama sadar doa ibu sepanjang jalan. Apalagi sebagai anak pertama, ia harus menjadi contoh yang kuat untuk adiknya.
"Sebelum bertanding pasti selalu ingat ibu. Kalau rindu, pasti diungkapkan dengan shalat," jelas Tama.
"Tidak boleh sedih terus. Harus kuat karena saya juga harus membuat ibu bangga, supaya jadi contoh juga untuk adik saya, "tandas Tama.