Maradona; Dari Buenos Aires Sampai ke Ciamis




IJL.Com- Namanya praktis mengingatkan kita semua pada sosok pesepak bola legendaris dunia asal Argentina, Diego Armando Maradona. Kemasyhuran El Diego sempat membuat dirinya "terbebani".

Mengenang masa-masa sepak bola era 80-an, praktis nama Diego Armando Maradona tak bisa lepas dari sorotan. Sepak terjang eks penggawa Napoli dan Barcelona itu mampu menyihir seisi jagat raya. Yang paling diingat tentu momen gol solo run hingga hand of god ke gawang kiper Inggris, Peter Shilton di Piala Dunia 1986.




Bagi publik sepak bola Argentina, Maradona memang ibarat seorang raja. Bagaimana tidak, di usia 16 tahun ia sudah menjalani debut bersama La Abiceleste. Di klub pertamanya Argentinos Junior dalam rentang waktu empat tahun (1976-1980), pria kelahiran 30 Oktober 1960 itu mampu menorehkan 115 gol dari 167 laga.

Kemasyhuran nama Maradona pun tersiar sampai ke Indonesia. Kebetulan pula ia pernah berhadapan dengan Garuda Muda saat gelaran Piala Dunia U-20 1979 di Jepang. Tiga gol dilesakkannya ke skuat Merah-Putih asuhan Soetjipto Soentoro, Argentina ia bawa unggul telak 5-0.



Mungkin itu pula yang mengilhami Kalam Surjaman, pria asal Ciamis, Jawa Barat. Tanpa pikir panjang, ia dan istrinya (Cicih) sepakat memberi nama anak pertamanya dengan pemain terbaik Piala Dunia FIFA 1986 itu.

"Betul sekali, nama ini pemberian dari kedua orangtua. Mungkin saat itu sedang masa jaya sekaligus eranya El Diego," ucap Maradona, pelatih ASIOP Apacinti.



Mara, sapaan akrabnya sendiri mengaku tidak ada cerita khusus soal pemberian nama tersebut. Sedikit menebak, mungkin saat itu kedua orangtuanya ingin ia bisa menjadi pesepak bola profesional layaknya Maradona.

"Tidak pernah ada cerita khusus sebenarnya, mungkin almarhum ayah hanya sebatas mengidolakan Maradona," ujar Mara.



"Mungkin juga saat itu orangtua saya ingin anaknya jadi pesepak bola, namanya biar ngetop seperti Maradona walau tinggal cuma mimpi. Sekarang jadi pelatih saja, ya siapa tahu masih bisa ngetop," ujar pria kelahiran 16 Juli 1980 tersebut seraya tertawa.





Menyandang nama besar Maradona faktanya tidak "mudah" untuk Mara. Beberapa kali, ia kerap jadi bahan candaan oleh rekan-rekannya.

Walau demikian, hal itu justru jadi motivasi pribadi untuk dirinya. Bukan tidak mungkin berawal kota kecil di ujung timur Jawa Barat seperti Ciamis , sentuhan "Tangan Tuhan" akan mulai terasa untuk sepak bola Indonesia.

"Ya sering sekali dijadikan bahan candaan oleh kawan-kawan," tutur Mara.



"Dipanggilnya Maradona dari Perancis (peranakan Ciamis), makanya ga terkenal. Yang ngetop kan yang asli dari Argentina," ujarnya kembali tertawa.



Sayang, punya nama Maradona tidak serta merta membuat Mara punya kedekatan emosional dengan Timnas Argentina. Tanpa ragu, di Piala Dunia 2018 ini ia justru menjagokan rival abadi Tim Tango, Brasil.

"Saya jagokan Brasil. Mereka permainannya lebih modern dan banyak pemain muda potensial," tegas Mara.





  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa