IJL.Com- Pertemuan dua operator kompetisi sepak bola usia muda, Indonesia Junior League (IJL) dan Liga Kompas Gramedia (LKG) melahirkan banyak reaksi positif. Ada benang merah yang ingin coba diurai.
Bertempat di Menara Kompas, Senin (26/11), IJL dan LKG saling berbagi koneksi soal perkembangan sepak bola usia dini Indonesia. Tujuan kedua operator liga tentunya tidak jauh berbeda demi menciptakan iklim kompetisi yang tidak hanya ketat namun juga sehat.
Utamanya apalagi kalau bukan melihat SSB sebagai sebuah mitra strategis. Dalam hal ini barisan pemain yang berlaga di kompetisi IJL maupun LKG tentunya masuk jadi bahan pembicaraan paling utama.
LKG sendiri punya regulasi yang mengatur tiap pemain hanya diperbolehkan mengikuti satu liga. Faktor kelelahan hingga rentan dibekap cedera jadi alasan di balik semuanya.
CEO IJL, Rezza Mahaputra Lubis pun menyebut setiap operator punya regulasi yang harus dihormati. Paling penting menurut dirinya adalah melihat setiap pemain sebagai investasi jangka panjang. Tidak heran, ada semacam kolaborasi ia tawarkan.
"Sharring yang berjalan menarik, mitra strategis antara IJL-LKG yang juga dihadiri Indonesia Junior Soccer League (IJSL) pastinya akan menciptakan sinergi dengan tujuan sama yakni menghasilkan pemain berkualitas dari sistem kompetisi yang ada," ujar Rezza seraya tersenyum.
“Utamanya soal kerja sama pertukaran data pemain dan berbagi informasi soal track record tiap SSB," sambung Rezza.
Seperti diketahui, IJL setelah bermain di U-9 juga U-11 kini melebarkan sayapnya sampai ke U-13. LKG sendiri 2018 ini sudah memasuki musim kesembilan dan konsisten menggelar roda kompetisi U-14. Sementara IJSL menggandeng level U-8, U-10 dan U-12.
Saling keterkaitan ini yang disebut Rezza akan melahirkan kolaborasi menarik. Istilah kata, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
"Keinginan mengandeng LKG dalam menjalankan liga yang berjenjang dari setiap usia. Sebagai sebuah investasi jangka panjang, kompetisi usia dini adalah roda yang besar jadi harus "keroyokan" agar roda tersebut bisa terus bergulir dan bergerak," tutur Rezza.
Setali tiga uang, perwakilan sekaligus penggagas LKG yakni Anton Sanjoyo pun mengharapkan hal yang sama. Ia meyakini harus ada kolaborasi demi menciptakan atmosfer kompetisi sepak bola Indonesia yang sehat dimulai dari level akar rumput.
"Langkah kerjasama ini bisa menjadi solusi titik temu bagi benang merah kompetisi di Indonesia," ujarnya