IJL.Com- Bagi seorang Hari Bakir, menjadi pelatih SSB bukan hanya sekadar profesi tapi juga panggilan jiwa. 11 tahun membesut Pelita Jaya Soccer School, ia mengungkap apa arti dari sebuah pengalaman pahit.
Rizki Eka Saputra, Valdo Putra Pratama, Muhammad Arfan adalah sedikit dari jajaran pemain Pelita Jaya SS U-9 yang kerap mondar-mandir di barisan pemain terbaik IJL Mayapada 2018 tiap pekannya. Tangan dingin sang pelatih yakni Hari Bakir harus diakui ada di balik itu semua.
Melatih untuk level sepak bola usia dini bukan lagi hal yang baru untuk seorang Hari Bakir. Bayangkan, sudah 11 tahun lamanya ia membesut SSB kawakan, Pelita Jaya Soccer School.
"Saya di Pelita Jaya SS sudah 11 tahun. Kenapa mau? Melatih anak-anak adalah sebuah tantangan," ujarnya.
Sebelum terjun di level SSB, Hari memang bisa dibilang sudah cukup akrab pula dengan dunia kulit bundar Indonesia. Tercatat, Persitara Jakarta Utara dan salah satu klub era Galatama yakni BBSA Tama pernah ia bela.
Namun, Hari nampaknya memang bisa dibilang lebih nyaman berada di belakang layar. Kariernya sebagai aktor rumput hijau bisa dibilang hanya seumur jagung.
"Ya saya pernah melatih namun hanya sekali saat Persitara Jakarta Utara bermain di Divisi 1. Saat itu jadi pemain, asisten pelatih juga pelatih," kenangnya.
"Jadi pemain juga cuma satu tahun tepatnya di 1979/1980 saat itu bersama BBSA Tama," tambah Hari.
Ya, Hari memang mengakui melatih level SSB sudah ibarat sebuah panggilan jiwa. Ia sendiri meyakini melatih anak-anak usia dini tidak hanya dalam soal membentuk skill dan teknik pemain tetapi juga mental.
Berkaca dari hal tersebut, Hari tak ragu mengakui arti sebuah pengalaman pahit bagi dirinya. Terkadang ada rasa sesal yang tak bisa ia tutupi.
"Pengalaman pahit itu kalau ada anak-anak yang saya latih dari skill-teknik mental namun ketika sampai di usia 15-16 tahun mereka malah salah pergaulan. Bagi saya itu sebuah kegagalan," ujarnya.