IJL.Com- Kokohnya benteng pertahanan D'Joe FC U-11 tentunya tidak akan lepas dari campur tangan seorang Warsidi Ardi. Bak sedang bercermin, pujian tinggi ia alamatkan untuk Giri Satriyo.
Sengitnya hiruk-pikuk peta persaingan IJL U-11 membuat Warsidi Ardi terkesima. Adrenalin eks pemain Persija Jakarta dan Arema Malang itu tak pernah berhenti terbakar tiap pekannya setiap kali mengawal anak-anak asuhnya berlaga.
Baru dua bulan mengarsiteki D'Joe, tangan dingin Warsidi mulai dirasakan tuahnya oleh anak-anak asuhnya. Akhir pekan kemarin pada lanjutan laga pekan kedelapan, tim asal Lebak Bulus tersebut sukses mengantongi tiket fase champions 16 Besar.
D'Joe tampil on-fire. Tiga laga sekaligus mampu disapu bersih. Stoni Indonesia, SS Gagak Rimang dan Garec's jadi korban pasukan D'Joe. Label lima besar Grup Phenomenon dikunci sebagai modal ke fase champions 16 Besar, siapa sangka mereka juga bisa ada di atas tim raksasa sekelas ASIOP dan sang juara bertahan, Putra Sejati.
Adli Ari Saputra jadi bintang lapangan di balik gacornya sepak terjang D'Joe. Total ada enam gol disumbangkan striker bernomor punggung 17 tersebut.
"Saya rasa ini sangat bagus ya, tidak ada tim yang terlalu superior di IJL artinya persaingan merata dan imbasnya bagus ke anak-anak agar mereka bisa terpacu tiap pekannya memberikan yang terbaik," ujar Warsidi.
"Seperti yang pernah saya bilang sebelumnya, saya iri dengan atmosfer yang diciptakan IJL, dulu waktu kecil ga pernah ada ajang seperti ini," tambah Warsidi seraya tersenyum.
Tidak hanya Ari yang layak dapat bintang, kokohnya benteng pertahanan D'Joe tak kalah jadi sorotan. Menyebut satu nama ada Giri Satriyo yang curi perhatian.
Dalam dua pekan terakhir, Giri memang tampil gahar. Tolak ukurnya bisa disimak saat ia membuat barisan penyerang haus gol Salfas Soccer gigit jari.
Pelan-pelan, Giri pun sukses membuat Warsidi jatuh hati. Jangan heran ada pujian tinggi dialamatkan untuk bek kelahiran 25 Februari 2008 tersebut.
"Giri bermain simpel dan taktis, ia sangat disiplin menjaga area teritorial pertahanan D'Joe. Paling penting selalu konsisten," ujar Warsidi.
"Banyak sapuan-sapuan bersih yang dilakukan Giri, bagi saya itu adalah tugas utama seorang stoper. Saya suka cara Giri yang bermain tanpa kompromi sehingga menghadirkan rasa aman untuk rekan-rekan setimnya," tambah Warsidi.
Melihat Giri, Warsidi mengaku ibarat sedang bercermin. Seperti diketahui, saat mengawali karirnya dari level akar rumput, mantan pemain Timnas Indonesia di Piala Asia 2004 itu langsung mengawali karirnya sebagai seorang stoper.
"Sejauh ini ia sedang menikmati perannya sebagai seorang stoper, sedikit banyak pengalaman yang pernah saya dapatkan dulu pelan-pelan saya bagi ke Giri. Utamanya ia harus nyaman dengan tugasnya di atas lapangan," ujar Warsidi.
"Dengan gaya permainan dan tingkat konsistensi tinggi, saya rasa Giri layak dapat nilai sembilan. Tapi tentunya sebagai pelatih saya harus mengawalnya supaya tidak cepat puas, masih ada celah harus dibenahi mengingat fase champions 16 Besar tentu persaingan akan jauh lebih berat," tandas Warsidi.